”Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Anfaal, 8:46)
Dalam masyarakat yang harmonis, egoisme seorang muskim menjadi lebur dalam kesetaraan dan kesederajatan manusia sebagai hamba Allah yang bertauhid. Masyarakat yang harmonis adalah membangun hubungan atasa dasara kesatuan visi dan misi dalam ketakwaan, keimanan dan kebajikan.
Mereka saling-berlomba-lomba dalam kebajikan sembari tetap menjaga Keharmonisan. Masyarakat yang harmonis dalam persatuan dan ketaqwaan akan saling terlibat dalam keseharian sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
كَالجَسَدِ اْلوَاحِدِ ، إذَا اشْتَكىَ مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعىَ سَائِرُ الأعْضاَءِ بِالسَّهَرِ وَاْلحُمىَ مِنْهُ
”Bagaikan satu jasad, bila salah satu organnya merasakan penderitaan, maka seluruh tubuh akan merasa demam dan tidak dapat tidur.”
الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ ْ وَلِلَّهِ الْحَمْد
Hadirin Sidang Idul Fitri Rahimakumullah
Kata kunci dalam persatuan dan kesatuan umat yang kedua adalah saling memaafkan. Pada zaman pra Islam, orang-orang akan sangat merasa terginggung, memendam amarah dan menunggu untuk memwaktu balas dendam jika disakiti. Kemudian datanglah Rasulullah SAW dengan ajaran baru, yakni ajaran untuk memaafkan.
Ketika pada zaman Nabi, orang-orang enggan memaafkan, maka Allah SWT menegur mereka dalam firman-Nya :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَ