Mendidik anak untuk menghormati perbedaan agama dapat kita contohkan, sebagai orang tua, dengan berbuat baik dan santun kepada tetangga yang nonmuslim. Misalnya, dengan berolahraga dengan mereka, mengobrol santai, bertukar pengalaman keseharian di sekolah, membincangkan hobi dan hal-hal ringan lainnya yang sekiranya anak dapat diajak dan dilibatkan. Semisal kita sedang membicarakan perihal hobi anak kita dengan anak tetangga yang nonmuslim, kita libatkan dialog di antara keduanya.
“Nak, kamu kan juga suka menggambar, besok menggambarnya bareng sama dia ya...” (sambil mengisyaratkan kepada anak tetangga yang nonmuslim)
“Okay, Mah. Eh, kamu mau kan menggambar bareng besok di rumahku... banyak peralatan menggambar, lho…”
“Wih, boleh...” jawab anak tetangga kita yang nonmuslim tersebut.
Baca Juga: Anak Bertanya Kepada Ibunya, Kenapa Allah Menciptakan Manusia Berbeda-beda?
Di atas adalah salah satu misal percakapan yang merekatkan hubungan antarpenganut agama yang bisa dimulai sejak dini, agar tidak ada kerenggangan dan stereotip yang terjadi di antara anak-anak. Tujuan utamanya adalah menghilangkan dalam diri si anak akan kecanggungan yang memungkinkan terjadi akibat perbedaan.
Hal ini kita praktikkan di luar rumah. Adapun di dalam rumah, kita kenalkan dan ajarkan anak-anak kita pada akidah yang benar, agar mereka mengenal Allah dan Rasul-Nya sejak dini, sehingga fondasi keimanan tumbuh dan menguat dalam diri si anak.
Apabila, misalnya, terjadi perkelahian dan saling ejek satu sama lain antara anak-anak kita dengan anak-anak tetangga yang berbeda agama, sehingga hal tersebut berimplikasi kepada mengejek dan mengolok-olok agama temannya, maka sudah semestinya orang tua melerai dan mendamaikan keduanya. Ajaklah mereka berdialog dengan baik dan lembut.
“Nak, kamu kenapa berantem sama dia?”
“Itu mah, mainan aku diambil..”
“Oh.. Itu cuma dipinjam sebentar doang kok, nanti dibalikin lagi. Pinjamkan dulu ya sebentar, nanti di rumah kamu bisa main sepuasnya pakai mainan itu.. Sekarang saling bermaafan ya...”
Di sini, jangan sampai orang tua memihak kepada siapa pun, baik kepada anak sendiri ataupun tetangga, sebab hal tersebut menghilangkan kemandirian anak untuk menyelesaikan konflik kecil yang ada di sekitarnya.
Baca Juga: Doa agar Keluarga Menjadi Berkah
Sesampainya di rumah, ajarkan anak untuk lebih menghormati dan tidak mengolok-olok agama lain seperti kejadian tadi. Tentunya dengan bahasa yang halus dan perumpamaan yang mudah ditangkap oleh anak seusianya. Biasanya mereka mengolok-olok tidak dengan serius sebagaimana konflik dan perdebatan yang terjadi antara orang dewasa. Hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan si anak dan informasi yang baru ia tangkap hanyalah soal perbedaan saja, sehingga hal tersebut dapat dijadikan dalih untuk menyebut temannya ketika sedang berkonflik bahkan mengolok-olok sisi perbedaan tersebut.